BWF Bikin Kesalahan Pada Pengitungan Point, Membuat Kerugian untuk Indonesia

sport.fin.co.id - 15/07/2024, 16:31 WIB

BWF Bikin Kesalahan Pada Pengitungan Point, Membuat Kerugian untuk Indonesia

Penjelasan dari instagram resmi BWF (@bwf.offical)

fin.co.id - Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mendesak induk bulu tangkis internasional, Badminton World Federation (BWF) bertanggung jawab terhadap kesalahan fatal dalam memasukkan poin kualifikasi Olimpiade 2024.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBSI, Fadil Imran, kesalahan yang dilakukan bukan hanya melanggar aturan, tapi juga bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh Olimpiade.

"Kesalahan perhitungan yang dilakukan BWF secara langsung tidak hanya merugikan pasangan Indonesia, khususnya Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, tetapi juga seluruh pasangan yang bertarung di Road to Paris 2024," tegas Fadil, Senin 15 Juli 2024.

Akibat kelalaian BWF, ganda putra Prancis Ronan Labar dan Lucas Corvee mendapat tiket ke Olimpiade Paris 2024.

Meski tidak memenuhi persyaratan kualifikasi dalam peringkat Road to Paris, keduanya berhasil mengamankan tiket ke Paris melalui kemenangan gugatan di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).

Setelah tur Eropa selesai, Ronan/Lucas telah mencapai performa puncaknya, memposisikan diri untuk kualifikasi Olimpiade.

Sayangnya, BWF kemudian menyadari kesalahan mereka dan kemudian melakukan penyesuaian peringkat.

Sebagai hasil dari revisi tersebut, duo Prancis, Christo Popov dan Toma Junior Popov, dianugerahi tiket untuk berpartisipasi dalam Olimpiade tahun ini.

Selain itu, Ronan/Lucas memutuskan untuk melanjutkan proses banding dan membuahkan hasil yang sukses.

Dengan masuknya Ronan/Lucas ke kompetisi Olimpiade, jumlah tim ganda putra bertambah menjadi 17 pasang. Alhasil, hal ini akan berdampak langsung pada pengundian grup mendatang.

"Jika nanti Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto masuk ke grup itu maka mereka akan bertanding empat kali di fase grup. Ini sangat merugikan karena ada penambahan satu pertandingan," ucapnya.

Untuk menjaga keseimbangan, idealnya ada empat grup yang masing-masing terdiri dari empat tim.

Namun karena distribusi yang tidak merata, salah satu grup akan menampung lebih banyak tim sehingga menghasilkan lima pasangan yang bertanding dengan format kompetisi di mana setiap kontestan bertemu dengan peserta lainnya, biasanya secara bergantian (round-robin).

Advertisement

Selain itu, kesalahan penghitungan poin juga berdampak buruk bagi duet Indonesia lainnya, Bagas Maulana dan Muhammad Shohibul Fikri.

Pada ajang Badminton Asia 2024, terjadi kemunduran yang cukup signifikan. Bagas/Fikri yang semula diunggulkan kesembilan, kemudian dievaluasi kembali dan diberikan unggulan kedelapan.

Sigit Nugroho
Penulis