fin.co.id - Begini syarat Timnas Indonesia bisa kedatangan banyak penonton di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) saat lawan China disaat kena sanksi FIFA pada bulan Juni mendatang.
FIFA memberikan sanksi berat kepada Timnas Indonesia senilai Rp400 juta dan kapasitas Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, juga dikurangi saat melawan Timnas China.
Sanksi dari FIFA karena perilaku suporter Timnas Indonesia yang diskriminatif saat melawan Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada 25 Maret lalu, FIFA memberikan surat kepada PSSI untuk mewajibkan kapasitas SUGBK dikurangi 15%.
"PSSI diperintahkan FIFA untuk memainkan pertandingan berikutnya dengan jumlah penonton terbatas dengan menutup sekitar 15 persen kursi tersedia," jelas anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga dalam keterangannya.
"Ini terutama di tribune di belakang gawang. Artinya yang di utara dan selatan. Kami harus memberikan plan kepada FIFA soal rencana tempat duduk 10 hari sebelum pertandingan," sambung pria berkacamata itu.
Namun FIFA memberikan keringanan bagi Timnas Indonesia soal hukuman pengurangan penonton itu. SUGBK bisa penuh jika memenuhi persyaratan dari FIFA.
Pertama, Indonesia harus memberikan 15 persen kursi yang kosong itu kepada komunitas anti-diskriminasi. Arya menjelaskan, tuan rumah juga harus menggabungkan kampanye anti-diskriminasi serta memberi edukasi kepada para suporternya tentang bahaya diskriminasi.
Baca Juga
"Tapi FIFA juga memberikan ruang alternatif, boleh saja 15 persen itu diberikan tapi kepada komunitas anti diskriminasi atau komunitas khusus seperti keluarga, pelajar, atau perempuan,” urai Arya.
“Mereka harus memang spanduk anti diskriminasi. Jadi, kemudian, FIFA juga meminta pada PSSI untuk membikin planning rencana komprehensif melawan tindakan diskriminasi di sepak bola Indonesia," imbuhnya.
Koreografi suporter di laga Timnas Indonesia vs Timnas Australia (Foto: MPI/Andika Rachmansyah)
"Ini adalah hal yang berat yang kami terima karena FIFA itu memiliki prinsip, kesetaraan, kemanusiaan, dan saling menghargai jadi tidak boleh ada hate speech, ujaran kebencian, tidak boleh ada rasisme, xenophobia dan lain-lain,” ungkap Arya.
“Ini merugikan kita semua. Kita harus tanggung bersama semua. Ke depan kami harus lakukan langkah literasi dan pendidikan agar tidak melakukan hal-hal diskriminasi," tandasnya.