Kita harusnya jadi yang paling vokal menuntut:
-
Pengakuan kesalahan dari negara dan stakeholder terkait .
-
Hukuman setimpal untuk semua pihak yang bersalah .
-
Jaminan bahwa Kanjuruhan adalah tragedi terakhir di sepak bola Indonesia .
Advertisement
Tanpa itu, bernyanyi di tribun sementara hak korban belum terpenuhi terasa seperti pengkhianatan.
Kita Tidak Pernah Belajar
Hampir 1.000 hari berlalu, tapi apakah kita lebih baik? Rekonstruksi dipindah ke Surabaya, alih-alih di TKP. Hukuman tak sebanding dengan nyawa yang hilang. Dan sekarang, sebuah batu membuat kita lupa pada korban.
Mungkin benar kata mereka: "Tentang Tragedi Kanjuruhan, kita belajar untuk tidak belajar."
Baca Juga
Arema vs Persik bukan sekadar laga. Ia adalah pengingat bahwa duka itu masih nyata, dan keadilan masih jadi angan-angan.
Sampai kapan?