Bola

Naturalisasi Timnas, Pertanda Krisis Pembinaan Usia Muda?

sport.fin.co.id - 09/06/2024, 12:48 WIB

Dengan menerapkan Human Capital Theory, PSSI dapat memandang program pembinaan usia dini seperti PPLP, PPOP, dan SKO sebagai investasi dalam modal manusia. Melalui pelatihan yang terstruktur dan berkelanjutan, para pemain muda akan berkembang menjadi pemain berkualitas tinggi yang dapat memberikan kontribusi signifikan kepada timnas Indonesia.

Konsep Utilization of Diaspora Player

Dalam dunia sepakbola saat ini terdapat sebuah konsep yang dikenal dengan “Utilization of Diaspora Player”. Indonesia memiliki sekitar 9 juta diaspora yang tersebar di lebih dari 90 negara. Semenjak piala dunia 1930 Indonesia telah menggunakan pemain dikalangan diaspora, yang pada saat itu persentasenya sekitar 10 persen.

Sehingga pada piala dunia berikutnya, dimana terdapat 40 tim dan 1100 atlet, 110 diantaranya merupakan atlet diaspora, yang lahir diluar dari tanah kelahirannya, kemudian dinaturalisasi. Praktik ini umum dilakukan oleh banyak negara.

Baca Juga

Potensi diaspora Indonesia sendiri tersebar di 90 negara, bukanlah emosi naturalisasi melainkan equanimity, sekarang adalah bagaimana kita memanfaatkan the best of both world, talenta yang ada didalam negeri kita, dari Sabang sampai Merauke, yang kita kombinasikan dengan talenta diaspora kita, ini akan menjadi sebuah sinergi. 

Dalam konteks pemanfaatan pemain diaspora, PSSI bisa memanfaatkan jaringan dan hubungan sosial dengan pemain-pemain Indonesia yang berkarir di luar negeri. Hal ini sesuai dengan teori modal sosial (social capital theory) oleh Pierre Bourdieu yang menyatakan bahwa modal sosial sebagai jaringan hubungan yang dapat memberikan keuntungan bagi individu atau kelompok. Modal sosial mencakup sumber daya yang tersedia melalui hubungan dan jaringan sosial. 

Dalam konteks pemanfaatan pemain diaspora, PSSI bisa memanfaatkan jaringan dan hubungan sosial dengan pemain-pemain Indonesia yang berkarir di luar negeri. Pemain diaspora memiliki pengalaman dan keterampilan yang diperoleh dari kompetisi di luar negeri, yang bisa menjadi modal sosial berharga bagi timnas Indonesia.

Dengan memanfaatkan modal sosial ini, PSSI bisa meningkatkan kualitas timnas melalui integrasi pemain diaspora yang memiliki keunggulan kompetitif​. Pemain diaspora memiliki pengalaman dan keterampilan yang diperoleh dari kompetisi di luar negeri, yang bisa menjadi modal sosial berharga bagi timnas Indonesia. Dengan memanfaatkan modal sosial ini, PSSI bisa meningkatkan kualitas timnas melalui integrasi pemain diaspora yang memiliki keunggulan kompetitif

Hegemoni Timnas Yang Riuh dan Luar Biasa Menjadi Penyemangat Pembinaan Usia Dini  

Baca Juga

Keberhasilan Timnas Indonesia di berbagai ajang internasional telah menciptakan euforia yang meriah di kalangan penggemar sepak bola. Prestasi gemilang yang mereka raih tidak hanya memicu semangat para penggemar dewasa, tetapi juga menyalakan api antusiasme pada generasi muda untuk lebih giat berlatih dan mengejar mimpi mereka di dunia sepak bola. Reputasi sejalan dengan prestasi, kini Timnas menjadi suatu tujuan untuk generasi dini anak Indonesia. 

Prestasi luar biasa dari timnas Indonesia dapat dilihat sebagai bentuk hegemoni dalam sepak bola nasional. Keberhasilan timnas menciptakan euforia dan menjadi inspirasi bagi generasi muda. Hal tersebut sesuai dengan teori hegemoni oleh Antonio Gramsci yang memperkenalkan konsep hegemoni sebagai dominasi budaya di mana nilai-nilai dan norma-norma dari kelompok dominan diterima oleh masyarakat secara luas sebagai norma umum.

Hegemoni memungkinkan kelompok dominan untuk mempengaruhi ideologi dan perilaku masyarakat tanpa paksaan langsung. Dominasi ini tidak hanya meningkatkan minat dan partisipasi dalam sepak bola, tetapi juga mendorong investasi dalam pembinaan usia dini. Hegemoni prestasi ini membantu membentuk nilai-nilai dan aspirasi masyarakat, di mana sepak bola dilihat sebagai jalur prestasi dan kebanggaan nasional​

Secara keseluruhan, fenomena hegemoni Timnas yang riuh ini telah menciptakan suasana yang sangat positif bagi perkembangan sepak bola usia dini di Indonesia. Semangat dan euforia yang ada memberikan dorongan besar bagi anak-anak untuk bermimpi besar dan bekerja keras, dengan harapan suatu hari mereka juga bisa berdiri di lapangan yang sama, mengenakan seragam merah putih, dan membuat bangsa bangga.

Ini adalah momentum yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak yang peduli pada kemajuan sepak bola di Indonesia, memastikan bahwa generasi muda mendapatkan dukungan dan kesempatan terbaik untuk mencapai potensi mereka yang penuh. (*) 

Afdal Namakule
Penulis